Senin, 17 Oktober 2022

 

PEMELIHARAAN BIBIT DI PERSEMAIAN

 

Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan penanaman adalah ketersediaan bibit berkualitas. Bibit  berkualitas  ditandai  oleh  kemampuannya  beradaptasi  dengan  lingkungan  baru,  dapat  tumbuh dengan baik jika ditanam di lapangan, sehat, dan seragam. Oleh sebab itu bibit yang akan ditanam harus memenuhi mutu genetik dan mutu fisik fisiologis. Mutu  genetik  menginformasikan  tentang  asal  sumber  benih,  dengan  demikian,  mutu  genetik  akan berhubungan dengan kualitas pohon yang dijadikan sebagai penghasil benih untuk pembibitan. Jika pohon induk yang digunakan berkualitas baik, maka akan menghasilkan benih yang baik, demikian juga sebaliknya. Sedangkan mutu fisik fisiologis menginformasikan tentang kondisi fisik bibit, antara lain kondisi batang, kesehatan  bibit, tinggi, diamater, dan kekompakan media. Mutu  fisik fisiologis akan terkait dengan rangkaian atau kegiatan pembibitan yang dilakukan.

Rangkaian kegiatan pembibitan yang tidak benar akan berdampak pada kualitas bibit.. Untuk  itu  perlu  dikuasai  teknik  pembibitan  yang  baik  mulai  dari  penyiapan  sarana  dan  prasarana pembibitan, pengadaan benih, penyiapan media kecambah dan sapih, perlakuan benih, penyemaian, pemeliharaan bibit di persemaian, hingga seleksi bibit.

Adapun pemeliharaan bibit yang perlu dilakukan di persemaian antara lain adalah sebagai berikut  :

1. Penyiraman

Cara penyiraman yang biasa dilakukan adalah penyiraman dengan menggunakan gembor. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari sekitar pukul 15.00-17.00 dan pagi hari sekitar pukul. 06.00 - 08.00. Penyiraman  bibit  di  persemaian  dilakukan untuk  menggantikan  kehilangan  air  akibat  evaporasi. Tanaman yang besar mengkonsumsi air lebih banyak dibanding tanaman kecil, tanaman yang tumbuh cepat mengkonsumsi air lebih banyak dibanding tanaman yang tumbuh lambat atau tanaman dorman, dan tanaman yang tumbuh di bawah matahari mengkonsumsi air lebih banyak dibanding  tanaman  yang  tumbuh  di  bawah  naungan.  Penyiraman berlebih juga akan mengakibatkan tanah menjadi jenuh air atau bacek.



2. Pemupukan

Salah satu cara untuk memperoleh hasil pertumbuhan semai secara optimal adalah dengan cara pemupukan. Pemupukan dimaksudkan agar kadar unsur hara dalam tanah/media semai dapat meningkat dan dapat merubah keadaan fisik, kimiawi dan hayati dari tanah sehingga sesuai dengan tuntutan semai atau pemupukan persemaian bertujuan untuk meningkatkan produkfitas tanah agar diperoleh hasil semai yang optimal.

Pemupukan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan pupuk kimia maupun pupuk organik. Pemupukan kimia dengan menggunakan pupuk N.P.K. atau Ponska. setelah bibit berumur 2-3 minggu dipupuk NPK atau Ponska dengan dosis 0,05 gram per bibit (kantong plastik, yang selanjutnya pemupukan ini dilakukan secara teratur setiap 2 - 3 minggu sekali sampai semai siap ditanam di lapangan).

Untuk pemupukan organik bisa menggunakan larutan “gir”. Adapun pembuatan larutan “gir: sebagai berikut :

  • Disiapkan drum bekas dan separuh volumenya diisi pupuk kandang.
  • Tambahkan air sampai volumenya ¾ bagian,
  • Kemudian tambahkan 15 kg TSP, lalu diaduk rata.
  • Biarkan selama seminggu dan setelah itu digunakan untuk pemupukan.

Dosis pemupukan sebanyak 2 sendok makan / polybag per 2 minggu

3. Penyulaman

Penyulaman dilakukan apabila bibit ada yang mati dan perlu dilakukan dengan segera agar bibit sulaman tidak tertinggal jauh dengan bibit lainnya.



4.   Penyiangan

Maksud penyiangan yaitu menghilangkan rumput atau tumbuh-tumbuhan lain (liar) yang tidak diinginkan tumbuh bersama bibit. Tujuannya ialah membebaskan bibit dari persaingan dengan tumbuhan liar dalam hal memperoleh cahaya, udara, air dan unsur-unsur hara.

Peyiangan sering banyak menyita waktu dan tenaga, karena harus dilakukan berulang-ulang. Oleh karena itu untuk mengerjakan penyiangan harus dicari cara yang mudah dan murah dengan hasil yang memadai.

Cara pengendalian untuk mencegah tumbuhan liar/gulma di persemaian adalah sebagai berikut :

Ø  Lokasi yang akan dipakai untuk persemaian, rumput-rumput atau tumbuhan lainnya dibersihkan dahulu, sedapat mungkin sampai ke akar-akarnya.

Ø  Benih semai diusahakan jangan sampai tercampur dengan biji tumbuhan liar.

Ø  Jangan mengizinkan ternak masuk ke persemaian.

Ø  Tanah, pasir, batu dan bahan-bahan lain yang dipakai sebagai bahan membuat persemaian diusahakan bersih dari biji dan rizhoma tumbuhan liar.

Cara untuk memberantas gulma di persemaian dapat dilakukan dengan berbagai cara sebagai berikut :

Ø Cara mekanis, antara lain dengan cara dicabut dan di cangkul.

Penyiangan dengan cara mencabuti satu persatu tumbuhan liar merupakan cara paling mudah dikerjakan. Cara ini dilakukan di persemaian-persemaian.

Kerugian cara mekanis adalah memerlukan cukup banyak waktu dan tenaga, disamping itu tidak semua bagian tumbuhan liar (rizhoma) tercabut, sehingga dalam beberapa waktu akan tumbuh lagi dan mungkin jumlahnya menjadi bertambah banyak. Dengan demikian penyiangan harus dilakukan berulang-ulang.



Ø Cara kimiawi, yaitu menggunakan herbisida.

Cara kimiawi merupakan cara pengendalian gulma yang tidak banyak membutuhkan tenaga, tetapi di sini dituntut suatu pengetahuan, dan ketrampilan yang memadai. Bahkan kimia selain bermanfaat menjauhkan gangguan-gangguan yang akan atau telah menimpa bibit, dapat pula bersifat racun bagi bibit tersebut, yaitu bila pemakaiannya salah atau over dosis. Bahan kimia yang digunakan untuk memberantas tumbuhan penggangu disebut herbisida. 

5. Pengendalian Hama dan Penyakit

Beberapa hama yang biasa menyerang bibit adalah semut, rayap, belalang, ulat dan cacing, sedangkan yang tergolong penyakit ialah kerusakan bibit yang disebabkan oleh cendawan atau jamur.

Cara untuk memberantas hama dapat dilakukan beberapa jalan, antara lain adalah secara kemiawi, bahan-bahan kimia yang dipakai untuk membunuh serangga disebut insektisida, sedangkan yang dipakai untuk membunuh cacing disebut Nematosida, dan yang dipakai untuk membunuh binatang pengerat disebut rodentisida. Sedangkan bahan kimia yang digunakan untuk memberantas cendawan penyebab penyakit di sebut fungisida.

6. Seleksi Bibit

Kegiatan seleksi bibit merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum bibit ditanam di lapangan, maksudnya yaitu mengelompokan bibit yang baik dari bibit yang kurang baik pertumbuhannya. Bibit yang baik merupakan prioritas pertama yang bisa dipindahkan ke lapangan untuk ditanam sedangkan bibit yang kurang baik pertumbuhannya dilakukan pemeliharaan yang lebih intensif guna memacu pertumbuhan bibit sehingga diharapkan pada saat waktu tanam tiba, kondisi bibit mempunyai kualitas yang merata. Bibit yang mempunyai ketinggian dan besar yang sama dikelompokkan dalam satu bedeng sapih agar pertumbuhan dapat merata dan seragam.






Adapun bibit yang layak ditanam harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

  • Pangkal batang telah berkayu dan memenuhi tinggi minimal 30 cm.
  • Bibit sehat dan seragam 
  • Media  perakaran  kompak, artinya  jika  polybag  dilepas  maka  media  tanaman  tidak  hancur/lepas tetapi tetap kompak. Media yang hancur akan menyebabkan banyak akar putus sehingga dapat menyebabkan kematian saat ditanam di lapangan.
  • Batang bibit lurus dan tidak bercabang
  • Bagian pucuk bibit tidak patah atau mati, karena akan menyebabkan banyak tumbuh trubusan
  • Bibit tidak sedang memiliki daun muda karena jika ditanam umumnya akan layu dan mati, hal ini dapat menyebabkan tumbuhnya trubusan.



Demikian tadi uraian singkat tentang Pemeliharaan Bibit Di Persemaian. Semoga bermanfaat bagi pembaca.

 

Salam Lestari……🌳🌳🌳