Jumat, 23 Juli 2021

 

SUMBER KALI MASON PENDUKUNG KONSERVASI AIR

DI DESA MANTREN, KECAMATAN PUNUNG

KABUPATEN PACITAN

 

Air merupakan elemen penting yang menjamin eksistensi kehidupan di bumi. Sekalipun air adalah sumber daya yang dapat diperbarui, tetapi kita tidak boleh memanfaatkan air secara berlebihan tanpa adanya upaya konservasi air demi memenuhi kebutuhan makhluk hidup di masa kini maupun masa mendatang.

Konservasi sumber daya air adalah upaya memelihara keberadaan serta keberlanjutan keadaan, sifat, dan fungsi sumber daya air agar senantiasa tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai untuk kebutuhan makhluk hidup, baik pada waktu sekarang maupun yang akan datang. Konservasi sumber daya air ini tidak hanya sebatas air yang ada di permukaan tanah saja, tetapi juga yang ada di bawah permukaan tanah. Pengelolaan sumber daya air yang pemanfaatannya dilakukan secara bijak perlu dilakukan untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya.

Jumlah ketersediaan air tersebut terus berkurang akibat adanya pencemaran air sehingga menjadi tidak layak konsumsi. Perlindungan dan pelestarian sumber air ditujukan untuk melindungi dan melestarikan sumber air beserta lingkungan keberadaannya terhadap kerusakan atau gangguan yang disebabkan oleh  daya alam, termasuk kekeringan dan yang disebabkan oleh tindakan manusia.

Berikut adalah beberapa upaya konservasi sumber daya air yang dapat dilakukan antara lain:

  1. Penanaman pohon di sekitar sumber mata air ( pohon yang banyak menyimpan cadangan    air : Bambu, Aren, Gayam, Bulu, dll. )
  2.  Membuat biopori dan  sumur resapan
  3. Melakukan penghematan terhadap penggunaan dan pengelolaan sumber daya air.

            Sumber Kali Mason adalah sumber mata air yang ada di Dusun Krajan Kulon, Desa Mantren, Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan. Sumber Kali Mason dimanfaatkan oleh warga setempat untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Sumber mata air ini tidak pernah kering meskipun di musim kemarau. Dan pemanfaatannya selain di sekitar sumber juga dimanfaatkan oleh masyarakat diluar Kecamatan Punung bahkan sampai ke luar Kabupaten Pacitan. Rata-rata air yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih pada saat musim kemarau biasanya sekitar 30 tangki air berukuran 5.000 liter dan sumber ini tidak pernah habis meskipun tiap hari diambil.

SUMBER KALI MASON







Upaya yang dilakukan Cabang Dinas Kehutanan ( CDK ) wilayah Pacitan dalam rangka melestarikan sumber Kali Mason yang ada di Desa Mantren, Kecamatan Punung adalah dengan cara penanaman tanaman penyimpan air dan tanaman produktif di sekitar sumber Mata Air Kali Mason. Pada Tahun 2019 telah dilakukan penanaman dengan jenis tanaman Aren, Gayam, Beringin, Trembesi, Jambu Air, Durian, Alpokat. Penanaman ini bekerja sama dengan BPDASHL Solo sebagai pemberi bantuan bibit dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pacitan. Penanaman dihadiri oleh Bapak Bupati Pacitan beserta jajaran, BPDASHL Solo, Cabang Dinas Kehutanan (CDK ) Wilayah Pacitan, Forkopimca, Pemerintah Desa Mantren, KTH Wana Harapan Desa Mantren serta masyarakat setempat. Penanaman ini bertujuan untuk melindungi dan melestarikan sumber air beserta lingkungan terhadap kerusakan atau gangguan yang disebabkan oleh alam, salah satunya adalah kekeringan dan yang disebabkan oleh tindakan manusia berupa perusakan sumber mata air yang salah satunya adalah pencemaran air.

PENANAMAN SUMBER KALI MASON 








Upaya pelestarian sumber mata air Kali Mason ini didukung oleh masyarakat setempat dan Kelompok Tani Hutan ( KTH ) Wana Harapan yang ada di desa Mantren, Kecamatan Punung. Warga sekitar juga melakukan pemeliharaan tanaman yang berupa pendangiran, penyiangan dan pemupukan tanaman tersebut.  Saat ini desa Mantren melalui Dana Desa yaitu program PKT ( Padat Karya Tunai ) tahun 2021 sedang mengembangkan kegiatan Agro Wisata di Blok Sumber Kali Mason. Semoga nantinya  dengan adanya Agro Wisata Sumber Kali Mason ini bisa meningkatkan daya dukung Konservasi air atau Pelestarian Sumber Kali Mason dan perekonomian masyarakat Desa Mantren, Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan.






Salam Lestari…...!!!!

Rabu, 23 Juni 2021

Senin, 24 Mei 2021

HASIL HUTAN BUKAN KAYU 

JAMUR TIRAM DAN JAMUR KUPING


Jamur tiram dan jamur kuping merupakan salah satu Hasil Bukan Kayu yang sekarang ini banyak dibudidayakan oleh masyarakat karena Teknik budidayanya tergolong mudah dan permintaan jamur tiram dan jamur kuping baik segar dan kering maupun olahan banyak diminati oleh konsumen.

Usaha budidaya jamur tiram dan jamur kuping dapat dilakukan oleh masyarakat sendiri karena dapat dilakukan memakai teknologi ramah lingkungan memanfaatkan limbah kayu gergaji dengan modal yang relatif rendah. Selain itu akan didapat hasil samping berupa kompos dari sisa media / baglog untuk pupuk tanaman, media tanam jahe dan limbah baglog juga bisa digunakan untuk media budidaya cacing. Dengan demikian budidaya jamur tiram akan dapat mencapai dua tujuan utama dalam pengolahan hasil hutan menuju industri bebas limbah dan sekaligus meningkatkan pendapatan petani sekitar industri pengolahan / penggergajian kayu.

Salah satu anggota KTH Wana Karya IX Desa Mendolo Kidul, Kecamatan Punung membudidayakan jamur sejak 10 tahun yang lalu. Jenis jamur yang dibudidayakan adalah Jamur Tiram Putih, Jamur Tiram Coklat dan Jamur Kuping. Anggota ini tidak hanya budidaya jamur tiram dan kuping saja tetapi juga membuat bibit jamur tiram dan kuping ( starter ). Hasil bibit jamur ini digunakan sendiri dan kalau ada permintaan juga dijual sampai ke Kecamatan Kebonagung dan Kecamatan Pacitan. Selama 1 bulan bibit jamur / starter yang dibuat sekitar 100 – 200 botol. Selain bibit jamur anggota ini juga memanfaatkan limbah kayu gergajian yang ada di sekitar tempat tinggal untuk digunakan sebagai media jamur / baglog.  Dapat dikatakan ada kerja sama dengan pihak perusahaan penggergajian yang ada di lingkungan sekitar. Sehingga usaha jamur ini sifatnya memanfaatkan limbah serbuk gergaji yang ada di lingkungan sekitar. Produksi baglog tergantung dari permintaan pelanggan dan 1 bulan rata-rata ± 5.000 – 8.000 baglog.

Produksi hasil hutan bukan kayu jamur ini selain menghasilkan produk yang memiliki manfaat tinggi sebagai sumber pangan sehat juga memiliki nilai ekonomis sehingga bisa menjadi tambahan sumber pendapatan. Produksi rata-rata jamur ini ± 20 Kg / hari. Dengan harga Jamur Tiram Rp. 16.000 / Kg dan Jamur Kuping kering Rp. 60.000 / Kg diharapkan dimasa pandemi ini dapat mempertahankan kegiatan usahanya,  pemasaran juga tidak ada kendala dan mudah- mudahan semakin bertambah banyak kelompok yang terinspirasi untuk membudidayakan jamur ini sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomi masyarakat di masa pandemi ini.

BIBIT JAMUR F0

BIBIT JAMUR F2



JAMUR TIRAM COKLAT

JAMUR TIRAM PUTIH

JAMUR KUPING KERING

BAGLOG JAMUR 





BUDIDAYA JAMUR




Demikian sekilas tulisan tentang Hasil Hutan Bukan Kayu Jamur Tiram dan Jamur Kuping. Semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca.

 

Salam Lestari……..!!! 

Selasa, 27 April 2021

STUDY BANDING / WIDYA KARYA DALAM RANGKA PENINGKATAN KAPASITAS DAN KOMPETENSI PENYULUH KEHUTANAN CABANG DINAS KEHUTANAN WILAYAH PACITAN DI KTH MADU SARI DUSUN NGRANDU, DESA KATONGAN, KECAMATAN NGLIPAR, KABUPATEN GUNUNG KIDUL, DIY

 


Dalam rangka meningkatkan peran penyuluh kehutanan dalam pembangunan kehutanan sekaligus kapasitas teknis lapangan, maka perlu dilaksanakan Study Banding / Widya Karya peningkatan kapasitas dan kompetensi penyuluh kehutanan lingkup Cabang Dinas Kehutanan Wilayah Pacitan.

Study banding/widya karya ini diikuti oleh peserta yang terdiri dari Bapak Kepala Cabang Dinas Kehutanan Wilayah Pacitan, Kasi Rehabilitasi Lahan dan Pemberdayaan Masyarakat ( RLPM ), Penyuluh Kehutanan wilayah kerja Pacitan, Penyuluh Kehutanan wilayah kerja Ponorogo, dan Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat ( PKSM ) wilayah kerja Pacitan dan wilayah kerja Ponorogo. Study banding/widya karya ini dilaksanakan pada tanggal 06 April 2021 di KTH Madu Sari Desa Katongan, Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunung Kidul.

Study banding/widya karya ini bertujuan :

  1. Meningkatkan pengetahuan penyuluh dalam pembangunan kehutanan.
  2. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan penyuluh dalam pendampingan pembangunan kehutanan dalam pengembangan usaha produktif dan hasil hutan bukan kayu serta
  3. Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat  ( PKSM ).

Susunan acara Study banding/widya karya ini adalah sebagai berikut :

  1. Pembukaan oleh Bapak Sugeng Apriyanto selaku Ketua KTH Madu Sari
  2. Sambutan Bapak Kepala Cabang Dinas Kehutanan Wilayah Pacitan
  3. Presentasi atau paparan dari Narasumber ( Bapak Sugeng Apriyanto ) tentang kelola usaha Budidaya Lebah Madu Klanceng
  4. Diskusi dan Tanya Jawab
  5. Ramah Tamah
  6. Praktik Lapangan
  7. Penutup

Adapun Materi yang disampaikan antara lain:

  1. Budidaya Lebah Klanceng
  2. Proses Penangkaran Koloni Lebah Klanceng
  3. Praktek Penangkaran Koloni Lebah Klanceng

KTH Madu Sari Desa Katongan, Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunung Kidul mulai budidaya lebah madu klanceng sejak tahun 2015 dengan anggota sebanyak 60 orang.

Budidaya lebah klanceng dengan menggunakan tempat koloni berupa kendil. Keuntungan menggunakan kendil adalah :

  1. Tidak mudah kotor
  2. Mudah dibersihkan

Produk dari KTH Madu Sari adalah :

  1. Madu Klanceng
  2. Polen
  3. Propolis



Narasumber juga memberikan arahan dan praktik kepada peserta study banding mengenai pemindahan lebah klanceng dari bamboo ke kendil.





Dengan adanya study banding ini diharapkan nantinya penyuluh kehutanan dan PKSM dapat menerapkan ilmu yang diperoleh dari KTH Madu Sari Desa Katongan, Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunung Kidul di wilayah kerjanya masing-masing dan memotivasi penyuluh kehutanan dan PKSM untuk mengembangkan hasil hutan bukan kayu yang berupa pengembangan lebah madu klanceng sehingga dapat membantu meningkatkan perekonomian masyarakat.







Demikian tulisan tentang Study banding/widya karya dalam rangka Peningkatan Kapasitas dan Kompetensi Penyuluh Kehutanan Cabang Dinas Kehutanan Wilayah Pacitan di KTH Madu Sari Desa Katongan, Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunung Kidul. Semoga bermanfaat.

Salam Lestari !!!!




Jumat, 12 Maret 2021

 

GERAKAN PENANAMAN BIBIT PRODUKTIF

DI DESA SOOKA, KECAMATAN PUNUNG, KABUPATEN PACITAN




             Cabang Dinas Kehutanan Wilayah Pacitan membagikan bibit tanaman produktif atau tanaman buah-buahan kepada Kelompok Tani Hutan ( KTH ), pemerintah Desa serta pihak-pihak yang membutuhkan bibit tanaman produktif. Bibit tersebut dibagikan secara gratis dengan mengajukan permohonan atau proposal.   


        Kegiatan pembagian bibit secara gratis ini  merupakan  kerja sama dengan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDASHL) Solo.  Adapun jenis dari bibit produktif tersebut antara lain :

  1. Jeruk Keprok
  2. Jeruk Pamelo
  3.  Alpokat
  4.  Durian
  5.  Matoa
  6.  Mangga
  7.  Jambu Air Dalhari

Penyediaan bibit secara gratis ini merupakan program rutin yang dilaksanakan setiap tahun melalui persemaian permanen milik BPDASHL Solo dan juga penyediaan bibit-bibit Vegetatif. Untuk tahun ini, permintaan masyarakat semakin tinggi, karena saat ini banyak kegiatan yang mengarah ke Agrowisata. Sehingga bibit produktif mempunyai peranan yang sangat penting dalam mendukung kegiatan tersebut. Permintaan masyarakat sejauh ini lebih pada tanaman buah-buahan karena tidak memerlukan lahan yang luas, seperti pekarangan dan jalan-jalan di sekitar lingkungan rumah.

        KTH Rimba Mulya Desa Sooka, Kecamatan Punung adalah salah satu penerima bantuan bibit Produktif tersebut. Jumlah bibit produktif yang diterima sebanyak ± 1.125 batang terdiri dari Jeruk Keprok, Jeruk Pamelo, Durian, Mangga, Jambu Air, Alpukat dan Matoa. Sebelum bibit diserahkan ke KTH Rimba Mulya, Ketua KTH harus menandatangani berita acara serah terima bibit, baru setelah itu bibit diserahkan ke KTH Rimba Mulya.



            
        Tanggal 10 Maret 2021 sekitar pukul 08.00 – 09.00 WIB tepatnya di Dusun Kladen, Desa Sooka, Kecamatan Punung diadakan penanaman bibit produktif secara simbolis. Kegiatan penanaman tersebut dihadiri oleh  Bapak Kepala Cabang Dinas Kehutanan Wilayah Pacitan yaitu Bapak Wardoyo, S. Hut., MM, Kepala Desa Sooka, KTH Rimba Mulya   dan Karang Taruna Desa Sooka, Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan. Penanaman tersebut diharapkan dapat memberikan kesadaran pada masyarakat dalam mengotimalkan pemanfaatan potensi lahan pekarangan dan untuk mendukung Agrowisata yang akan dikembangkan di desa Sooka tersebut sehingga nantinya diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. Setelah acara penanaman dilakukan diskusi seputar bibit produktif dan manfaatnya serta ucapan terima kasih dari Kepala Desa Sooka dan KTH Rimba Mulya kepada Cabang Dinas Kehutanan Wilayah Pacitan yang telah memberikan bantuan bibit produktif tersebut









Demikian tulisan tentang Gerakan Penanaman Bibit Produktif Di Desa Sooka, Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan. Semoga bermanfaat.

Salam Lestari !!!!